Langsung ke konten utama

LAPORAN HASIL DISKUSI BAHASA INDONESIA : KALIMAT EFEKTIF, PARAGRAF, WACANA, KUTIPAN, DAFTAR PUSTAKA, CATATAN KAKI, DAN KARYA ILMIAH




LAPORAN HASIL DISKUSI

BAHASA INDONESIA



 

Oleh

FAUZIAH RAHMAWATY

NPM

022115297




JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2016

1.       Kalimat Efektif

1.1       Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pesan yang diterima oleh pembaca atau pendengar sama dengan yang disampaikan oleh penulis atau pembicara. Kalimat efektif memiliki pola dan struktur yang sederhana serta informasi yang disampaikan biasanya bersifat tunggal. Jadi kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Contoh:
Dia membelikan baju baru untuk saya.

1.2       Ciri-ciri Kalimat Efektif

1.2.1    Kesejajaran

Kesejajaran yaitu memiliki kesamaan bentukan atau imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan me-, bagian kalimat yang lain pun harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- pula.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.

1.2.2    Kehematan

Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebihan juga tidak perlu digunakan. Penggunaan kata yang berlebihan hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

1.2.3    Penekanan

Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Memberi penekanan pada kalimat ada empat cara. Pertama mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan meletakkan bagian yang penting di depan kalimat. Kedua dengan penggunaan partikel, yakni penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah. Ketiga dengan menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting. Sedangkan yang keempat dengan menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna dalam bagian kalimat yang ditegaskan.

1.2.4    Kelogisan

Unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal. Kelogisan kalimat akan membuat kalimat tersebut mudah dipahami. Sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis juga mudah dipahami oleh si pembaca.

1.2.5    Kesepadanan

Kesepadanan yaitu keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan dalam kalimat dapat dilihat dari adanya kesatuan gagasan yang kompak. Selain itu, kesepadana dalam kalimat juga dapat dilihat dari adanya kepaduan pikiran yang baik.

1.2.6    Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nominal, maka bentuk kedua juga menggunakan nominal. Jika bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

1.2.7    Ketegasan

Ketegasan adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada gagasan yang perlu ditonjolkan. Kalimat tersebut memberikan penegasan pada penonjolan itu.

1.2.8    Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Yang dimaksud dengn cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan makna ganda. Kalimat yang efektif biasanya memiliki mkna yang tunggal dan mudah dipahami.

1.2.9    Kepaduan

Kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.

1.3       Masalah –masalah Kalimat Efektif

Beberapa permasalahan yang timbul dalam kalimat yang menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif yaitu :

1.3.1    Ketidaklengkapan Unsur Kalimat

Kaliamat yang efektif harus memiliki unsur-unsur kalimat yang lengkap, sekurang-kurangnya harus terdiri dari subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalan kalimat, tentu saja kalimat itu tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan.

1.3.2    Kalimat Dipengaruhi Bahasa Asing

Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (Ramlan, 1994: 35-37).

1.3.3    Kalimat Mengandung Makna Ganda

Kalimat harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan tanda baca tertentu agar kalimat tidak memiliki tafsir ganda. Pemakaian tanda hubung juga dapat digunakan untuk memperjelas ide-ide yang diungkapkan pada frase pemilikan.

1.3.4    Kalimat Bemakna tidak Logis

Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis.

1.3.5    Kalimat Mengandung Gejala Pleonasme

Kalimat pleonasme adalah kalimat yang tidak ekonomis atau mubazir karena ada terdapat kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu (1983:29) timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh:
1.      Dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam satu ungkapan.
2.      Dalam satu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama.
3.      Bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.

1.3.6    Kalimat dengan Struktur Rancu

Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. Rancunya suatu kalimat dapat disebabkan karena:  (1) pemakaian bahasa tidak menguasai dengan benar struktur bahasa Indonesia yang baik dan benar, (2) pemakaian bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya, serta (3) bisa juga kesalahan itu terjadi dengan tidak sengaja.

2.       Paragraf

Paragraf adalah kumpulan dari beberapa kalimat yang memiliki satu kesatuan gagasan.

2.1       Ciri-ciri Paragraf

Ciri-ciri paragraf secara umum dapat dilihat sebagai berikut.
1.      Kalimat pertamanya letaknya agak menjorok ke dalam.
2.      Memiliki pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik.
3.      Setiap paragraf memiliki satu kalimat topik dan diikuti oleh beberapa kalimat penjelas yang fungsinya untuk menjelaskan atau menerangkan pikiran utama paragraf tersebut.
4.      Paragraf memiliki pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.
Sementara itu, ciri-ciri paragraf yang baik dapat dipandang dari beberapa aspek berikut
1.      Kelengkapan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang lengkap. Paragraf yang lengkap tidak harus panjang. Artinya, di dalam paragraf tersebut telah tercakup semua informasi yang dibutuhkan untuk mendukung gagasan utama paragraf. Sehingga setelah membaca paragraf tersebut, pembaca sudah memperoleh informasi yang lengkap.
Contoh:
                           Guna menjaga nilai tukar rupiah yang kini kian merosot, pemerintah telah merumuskan empat kebijakan. Pertama mendorong ekspor dan memberikan tambahan pengurangan pajak untuk ekspor padat karya yang memiliki ekspor minimal 30 persen dari total produksi. Kedua menurunkan impor minyak dan gas dengan mendorong penggunaan biodiesel. Ketiga menetapkan pajak impor barang mewah dari sekarang 75 persen menjadi 125 sampai 150 persen. Sedangkan yang keempat yaitu memperbaiki ekspor mineral dengan memberikan relaksasi kuota.
Paragraf di atas dianggap sudah lengkap karena “pemerintah telah merumuskan empat kebijakan” yang dinyatakan dalam kalimat topik sudah dijelaskan pada kalimat-kalimat penjelasnya.
2.      Kesatuan
Paragraf yang baik harus terfokus pada satu gagasan. Dalam satu paragraf, mungkin ada beberapa gagasan sederhana, tetapi semua gagasan sederhana itu harus menjelaskan atau mendukung satu gagasan utama. Gagasan sederhana itu biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat penjelas. Kesatuan dalam paragraf hanya bisa terbentuk apabila gagasan-gagasan dalam paragraf tersebut tetap dikendalikan oleh gagasan utama.
Contoh:
Dewasa ini, hampir semua bidang ilmu tidak terlepas dari menggunakan angka, data dan fakta. Metode statistika serta hasil analisis dan interpretasi data, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, digunakan oleh para pakar pendidikan untuk menentukan kebijakan publik dan keputusan-keputusan yang diambil dalam ruang lingkup ilmu mereka. Hal ini menunjukan bahwa pelajaran statistika dibutuhkan dalam segala bidang.
3.      Kepaduan
Paragraf dikatakan padu apabila kalimat yang satu dan kalimat yang lainnya saling berkaitan. Dengan begitu, pembaca akan mengikuti maksud penulis dengan perpindahan dari satu kalimat ke kalimat berikutnya secara runtut, tanpa ada lompatan berpikir.

2.2       Fungsi Paragraf

Paragraf memiliki beberapa fungsi,
1.      Mengekspresikan gagasan yang tertulis dengan memberikan bentuk suatu pikiran dan juga perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
2.      Menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri atas beberapa paragraf.
3.      Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam pokok pikiran yang lebih kecil.
4.      Memudahkan pengelompokan gagasan bagi pengarang dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.

2.3       Jenis-jenis Paragraf

2.3.1    Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya

1.      Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau memerikan sesuatu.
Contoh:
Stadion Munhak Inchon terletak 28 km sebelah barat Seoul. Di atas area seluas 400 ribu meter persegi dengan kapasitas 50.256 orang penonton, stadion ini dibangun dengan fasilitas pendukung yang sangat lengkap. Di sekitar kompleks stadion ini terdapat koam renang, pusat kebugaran, lapangan squash, balai sudang, serta hall untuk pertunjukan musik dan film. Selain luas, stadion ini dibangun cukup unik. Atapnya mengambil simbol kapal dan layar sesuai dengan tradisi masyarakat Inchon yang kental dengan nuansa maritim. Di pintu masuk dipasang replica bola dengan ukuran 4,5 x 14 meter.
2.      Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologis waktu. Paragraf narasi berisi tentang cerita. Cerita yang terdapat dalam paragraf narasi berupa kisah kehidupan seseoramg yang melibatkan suasana hati. Kisah tersebut menarasikan tentang kebahagian dan penderitaan seseorang.
Contoh:
Pengalaman saya waktu mengikuti acara kunjungan ke perpustakaan ITB dan Unpad selama tiga hari sangat mengesankan. Pada hari ketiga kami pergi ke air terjun di daerah pegunungan. Untuk dapat sampai ke sana kami harus berjalan kaki melewati hutan, perkampungan, kebunteh, dan beberapa sungai kecil. Waktu tempuh untuk sampai keair terjun tersebut kira-kira dua jam. Tidak lama kami ke sana lalu kembali lagi ke penginapan. Dalam perjalan pulang, sandal yang saya pakai putus. Saya ditinggal oleh teman-teman saya, saya lupa jalan pulang. Namun akhirnya saya bertemu salah seorang guru yang pulang paling akhir.
3.      Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berisi tentang informasi. Tujuan dari paragraf eksposisis yaitu untuk memaparkan atau menyampaikan informasi tentang suatu topik kepada pembaca guna memperluas pengetahuan. Supaya bisa memahami paragraf ini pembaca harus melibatkan pengetahuan serta melibatkan pola berpikir.
Contoh:
Menyambut HUT ke-474 Jakarta, Minggu (24/6), akan diselenggarakan karnaval Jakarta 2001. Wagub DKI Bidang Pemerintahan, Abdul Kahfi kepada pers, Selasa (19/6), menyatakan hiburan rakyat ini menampilkan berbagai kreativitas, antara lain delman hias, mobil hias, mobil kuno, motor besar, barisan drum band, ondl-ondel, musik tanjidor, rebana, barongsai, kuda lumping, dan sisingaan. “Peserta karnaval dibagi dua: kelompok jalan kaki dan kendaraan,” katanya. Menurut dia, karnaval start dari Silang Monas menuju Jalan M.H.  Thamrin dan finish di Jalan Merdeka Selatan.
4.      Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi pendapat seseorang yang disertai dengan bukti atau fakta. Argumentasi biasanya jenis paragraf yang bertolak dari hal yang mempertanyakan. Tujuan dari paragraf ini yaitu agar pembaca yakin bahwa pendapat tersebut adalah benar adanya dan terbukti.
Contoh:
Pendidikan adalah salah satu faktor penentu maju mundurnya bangsa. Namun, fakta di lapangan menunjukan pendidikan di Indonesia sangat mahal. Masyarakat yang kurang mampu tidak dapat menjangkau mahalnya biaya pendidikan itu. Hal ini menyebabkan banyak anak usia SD hingga SMA putus sekolah. Biaya pendidikan yang mahal diperkirakan menjadi sebab tingginya angka putus sekolah.
5.      Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang bersifat memengaruhi. Paragraf ini bertujuan untuk mengubah pemikiran seseorang serta membujuk pembaca supaya berbuat sesuai dengan keinginan penulis. Supaya tujuannya bisa tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan menggunakan data dan juga fakta.
Contoh:
Betapa sulitnya seorang pecandu rokok untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Seberapa mahal pun harga rokok tidak dapat menghentikan mereka. Misalnya, di Malaysia, harga 20 batang rokok menghabiskan uang untuk membeli rokok lebih banyak dari pada yang dipaakai untuk membeli gandum, daging, dan buah-buah sebagai kebutuhan utama mereka. Oleh karena itu, hentikanlah merokok sebelum candu rokok melekat pada diri anda.

2.3.2    Jenis Paragraf  Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya

Selain jenis paragraf di atas, paragraf terbagi lagi berdasarkan letak kalimat utamanya. Selain bermanfaat bagi penulis untuk mengontrol paragraf yang ditulisnya, kalimat utama juga bermanfaat bagi pembaca agar mudah memahami paragraf tersebut. Oleh karena itu, pada umumnya kalimat utama dinyatakan pada awal paragraf. Namun, kalimat utama pun dapat dinyatakan di akhir paragraf, atau di awal dan di akhir paragraf.
1.      Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya di awal paragraf. Selanjutnya, kalimat utama tersebut disusul oleh kalimat penjelas yang berfungsi menguraikan, mempertegas, atau menjelaskan kalimat utama.
Contoh:
Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang. Bentuk komunikasi ini melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancar takstruktur dan wawancara terstruktur. (Mulyana, 2013)
2.      Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya di akhir paragraf. Jenis ini dianggap efektif untuk menyimpulkan atau merangkum informasi-informasi yang telah disajikan sebelumnya.
Contoh:
Istilah portofolio dipinjam dari dunia seniman seperti artis, foto model, dan fotografer. Untuk mengetahui kesenimanan seorang pelukis, kita dapat menelusuri jumlah lukisan yang terjual, koleksi lukisan yang dibuat, jumlah pameran yang diikuti, kelengkapan studio, serta pemberitaan media massa tentang pameran dan kefasihan mengomunikasikan karyanya secara verbal kepada orang lain. Kita juga dapat melakukan observasi saat dia melukis. Jadi, portofolio adalah bukti yang kasat mata dari prestasi dan keterampilan yang terus berubah sejalan dengan kemajuan seseorang. (Alwasilah, 2005)
3.      Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf. Ciri utama dari paragraf ini ditandai oleh berulangnya gagasan utama pada awal paragraf dan ditegaskan kembali di bagian akhir.
Contoh:
Italia merupakan negara yang memilikki 45 situs kebudayaan dan berada di urutan pertama negara dengan situs warisan udaya dunia terbanyak. Situs yang pertama kali diakui UNESCO adalah Batu Bergambar di Valcamonica pada tahun 1979. Jumlah ini terus bertambah dari waktu ke waktu, dan situs kebudayaan yang paling baru diakui oleh UNESCO adalah Monte San Giorgio yang merupakan gunung berhutan pada tahun 2010. Beberapa situs yang terkenal dari Italia adalah Menara Pisa, Kota Venice, Vila Paladian Veneto, Kota Florence, Istana Kerajaan Caserta, Roma dan Kastil. Sebagai negara peninggalan kerajaan Romawi, memang tak heran jika Italia dijuluki sebagai negara dengan situs warisan budaya terbanyak di dunia.

2.4       Masalah-masalah Paragraf

2.4.1    Kerancuan Bentuk Paragraf

Kerancuan bentuk paragraf bisa terjadi karena tidak menambahkan jarak pada paragraf pertama dan paragraf kedua. Misalnya saja jika menggunakan paragraf bertakuk, seharusnya pergantian paragraf ditambahkan jarak.

2.4.2    Kesalahan Penempatan Baris Kalimat

Kesalahan penempatan baris kalimat biasanya terletak pada setiap pergantian kalimat dengan perpindahan baris. Seharusnya, selama baris dari bagian paragraf belum habis sampai margin kiri tetap belum dilakukan perpindahan baris.

2.4.3    Penanda Bentuk Lekuk yang Salah

Kesalahan penanda bentuk lekuk biasanya dapat dilihat dari segi tampilan.

2.4.4    Isi Paragraf tidak Terpusat pada Satu Hal Saja

Jika isi paragraf berganda, maka akan mengurangi kejelasan informasi. Pertama, paragraf harus bersifat panjang sebab kalimat pengembangnyapun harus berlipat dua. Kedua, pikiran dan perhatian pembaca juga bercabang terhadap dua hal dalam satu paragraf.

2.4.5    Isi Paragraf yang tidak Relevan dengan Isi Karangan

Paragraf harus relevan dan menunjang isi karangan. Isi paragraf tidak boleh keluar dari isi karangan secara umum. Isi paragraf yang tidak relevan akan merancukan isi karangan.

2.4.6    Tidak Memiliki Kesatuan dan Perpaduan

Hubungan antarkalimat dengan paragraf harus berkaitan erat satu sama lain. Penjelasan ide pokok yang ditujukan pada kalimat topik secara abstrak dan kalimat pengembang secara kongkret dengan beberapa kalimat yang saling berkaitan menumbuhkan wujud kepaduan.

2.4.7    Kalimat Topik yang Dikembangkan tidak Jelas dan tidak Sempurna

Pengembangan kalimat topik dilakukan dengan menjabarkan ke dalam bentuk-bentuk yang kongkret. Bentuk kongkret tersebut dapat diperoleh dengan cara pemaparan, pemberian contoh, dll. melalui metode berfikir deduksi, induksi, dan campuran. Pengembangan kalimat topik yang tidak jelas akan mempersulit pembaca dalam memahami maksud penulis.

2.4.8    Struktur Paragraf tidak Bervariasi

Variasi itu didasarkan pada latar belakang pembaca, sifat media karangan diterbitkan, dan sifat serta tuntutan kalimat topik.

2.4.9    Ditulis dengan Bahasa Indonesia yang tidak Baik dan Benar

Bahasa yang baik adalah bahasa yang tidak melanggar kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh masyarakat pemakai bahasa. Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Adapun aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam penulisan paragraf yaitu penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, tanda baca, pembentukan kata, dan penysunan kalimat.

3.       Wacana

Kata wacana secara umum mengacu pada artikel, percakapan, karangan, atau bacaan. Wacana merupakan rangkaian paragraf yang disusun dalam satu kesatuan maksud. Hubungan antarparagraf dalam suatu wacana harus saling berkaitan.

3.1       Jenis-jenis Wacana

3.1.1    Wacana Deskripsi

Deskripsi merupakan rangkaian karangan yang mendeskripsikan suatu objek sesuai dengan hasil pengamatan, pengalaman, atau perasaan penulisnya. Ketika mencapai kesan maksimal bagi pembaca, maka penulis akan merinci objek dengan kesan, model serta faktanya. Dengan kata lain, tulisan ini berisi penggambaran tentang sesuatu dengan berdasarkan pada apa yang kita lihat, apa yang kita rasa, dan apa yang kita cium.

3.1.2    Wacana Narasi

Narasi merupakan wacana yang menceritakan suatu peristiwa berdasarkan kronologis waktu. Wacana narasi berisi tentang cerita. Cerita yang terdapat dalam wacana narasi berupa kisah kehidupan seseoramg yang melibatkan suasana hati. Kisah tersebut menarasikan tentang kebahagian dan penderitaan seseorang.

3.1.3    Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi adalah wacana yang berisi tentang informasi. Tujuan dari wacana eksposisis yaitu untuk memaparkan atau menyampaikan informasi tentang suatu topik kepada pembaca guna memperluas pengetahuan. Supaya bisa memahami wacana ini pembaca harus melibatkan pengetahuan serta melibatkan pola berpikir.

3.1.4    Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi pendapat seseorang yang disertai dengan bukti atau fakta. Argumentasi biasanya jenis wacana yang bertolak dari hal yang mempertanyakan. Tujuan dari wacana ini yaitu agar pembaca yakin bahwa pendapat tersebut adalah benar adanya dan terbukti.

3.1.5    Wacana Persuasi

Wacana persuasi adalah wacana yang bersifat memengaruhi. wacana ini bertujuan untuk mengubah pemikiran seseorang serta membujuk pembaca supaya berbuat sesuai dengan keinginan penulis. Supaya tujuannya bisa tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan menggunakan data dan juga fakta.

3.2       Masalah-masalah Wacana 

3.2.1    Wacana Disusun dengan Struktur yang tidak Baik

Meskipun telah memiliki keterampilan membaca yang baik, seorang pembaca akan sangat sulit memahami isi sebuah wacana apabila wacana tersebut disususn tanpa struktur yang baik. Struktur sebuah wacana dapat dikatakan baik apabila ada hubungan yang logis dan beraturan antara judul atau topik dan sub-subnya; antara kata dengan kata dalam membentuk kalimat; antara kalimat dengan kalimat dalam membentuk paragraf; dan antara paragraf dengan paragraf dalam membentuk wacana. Penulisan sebuah wacana akan sangat menentukan apakah wacana tersebut sudah disusun secara benar atau tidak.

3.2.2    Unsur-unsur Kebahasaan dan Unsur Pragmatis tidak Jelas

Memahami sebuah wacana meliputi pemahaman terhadap semua jenis informasi dalam suatu wacana. Informasi itu dapat ditangkap dengan mengetahui unsur-unsur kebahasaan dan unsur pragmatis. Baik yang tersirat maupun yang tersurat. Pembaca lebih cepat mengenal dan memahami kata, kalimat dan rangkaiannya dari pada hal-hal lain yang tergolong dalam unsur pragmatis.

4.       Kutipan, Catatan Kaki, dan Daftar Pustaka

4.1       Kutipan

Kutipan adalah gagasan, ide, atau pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Tujuannya yaitu sebagai pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan seorang penulis tidak perlu menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan oleh penulis lain, penulis hanya cukup mengutip karya orang lain tersebut.

4.1.1    Kutipan Langsung

Kutipan langsung adalah kutipan yang dilakukan dengan mengangkat kata, kata-kata, frasa, kalimat, atau paragraf (sebagian atau seluruhnya) secar tepat sama seperti yang tertulis dalam teks aslinya ke dalam teks karya sendiri. Tujuan kutipan langsung ada dua, pertama, memperkenalkan sesuatu yang baru. Dapat berupa istilah baru, konsep baru, gagasan baru, dan sebagainya. Kedua, memberi tekanan pada suatu yang khas dari orang lain. Walaupun bukan hal yang baru, kalau mengandung ciri khas, kekhasan tersebut diperkenalkan sesuai dengan aslinya (Wiradi, 1996: 25-28).
Tata cara mengutip langsung mencakup syarat-syarat sebagai berikut.
1.    Sumbernya harus disebutkan (dengan cara yang dibenarkan).
2.    Prinsipnya, apa saja yang dikutip, harus tepat sama dengan teks aslinya, termasuk segenap tanda bacanya.
3.    Apabila ada yang dihilangkan, misalnya kata atau anak kalimat, harus diberi tanda selang/elipsis (tiga titik bila di depan dan di tengah serta empat titik bila di belakang).
4.    Apabila ada yang diganti atau ada kosakata sendiri yang ditambahkan, harus diberi tanda (cetak miring, garis bawah, dll.), untuk membedakan mana yang asli dan mana yang tambahan atau pengganti dan harus diberi catatan mengenai tanda itu. Catatannya bisa berupa catatan kaki, atau dengan cara lain.
5.    Jika dalam kutipan langsung terdapat bagian yang kita yakini salah atau tidak kita setujui, di dalam penulisan kutipan tersebut perlu dicantumkan singkatan sic dengan tanda seru dibelakangnya serta singkatan itu, selain harus dicetak miring, juga harus diletakkan dalam tanda kurung siku [...].
6.                  Apabila sesuatu itu sudah menjadi kutipan orang lain, tidak dibenarkan mengutipnya begitu saja seolah-olah kita memang membaca sendiri sumbar aslinya. Kita harus memperlakukan karya terakhir yang memang kita baca itulah sebagai sumber acuan, tetapi tetap mencantumkan nama pemilik gagasan asli.

4.1.2    Kutipan tidak Langsung

Kutipan tidak langsung biasanya menyajikan gagasan orang lain dengan cara menyatakan kembali gagasan tersebut dalam kalimat-kalimat yang dirumuskan sendiri. Sumber kutipan tetap disebutkan, tetapi tidak usah menggunakan tanda kutip bagi isi kutipan tersebut. Terdapat tiga jenis utipan tidak langsung, yaitu:
1.        Menyajikan gagasan atau argumentasi orang lain secara utuh, sekalipun itu terdiri dari alinea panjang, dengan maksud agar komponen, butir-butir pokok, struktur, dan alur pikiran yang asli tidak ada yang hilang. Sementara bila menggunakan kutipan langsung, dianggap dapat mengganggu kelancaran teks. Jadi, di sini masalah keutuhan, kelengkapan, dan alur gagasan menjadi tekanan.
2.        Memotong-motong gagsan asli, yaitu hanya mengambil butir-butir pokok yang dianggap penting, dirangkai mengikuti alur asli. Butir-butir pokok ysng “dipinjam” tetap harus dinyatakan dengan rumus sendiri. Alur asli dipertahankan, tetapi keutuhan dan kelengkapannya diabaikan. Tujuannya untuk menghindari kutipan tidak langsung yang panjang.
3.        Menyadur atau meringkas, tetapi ini dengan sadar orang memasukkan atau mengintegrasikan pikiran sendiri. Jadi, isi gagasan yang dikutip sudah tidak murni lagi karena telah dirangkai melalui alur dan rumusan kalimat yang berbeda. Walaupun demikian, menyadur masih tetap dianggap sebagai kutipan. Dengan demikian, tetap harus dicantumkan sumbernya.

4.2       Catatan Kaki

Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis dibagian bawah setiap lembaran akhir bab sebuah karangan ilmiah. Catatan kaki juga merupakan bagian penting dalam penulisan karya tulis, biasanya digunakan pada penulisan buku, skripsi, makalah dan juga karya tulis lainnya. Seperti halnya dengan daftar pustaka. Catatan kaki sebenarnya hampir sama dengan daftar pustaka namun catatan kaki lebih spesifik dalam hal merujuk sumber dari bacaan yang dikutip.
Catatan kaki ditulis disetiap lembar atau halaman dimana sumber tersebut dimuat dalam sebuah karya tulis berbeda halnya dengan daftar pustaka yang penulisannya berada diakhir karya tulis. Catatan kaki biasanya digunakan untuk memberi penjelasan tentang sumber kutipan dari suatu karya tulis.
   Dalam penulisan karya ilmiah, catatan kaki pada dasarnya berguna untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat, buah pikiran, fakta, atau juga komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan dalam teks.biasanya catatan kaki diberi nomor dan nomor itu disesuaikan dengan nomorkutipan. Selain itu, jika isi karangan lebih dari satu bab, maka tiap bab dimulai dengan nomor 1. Dalam catatan kaki istilah yang digunakan ialah ibid, op. Cit., loc. cit.
1.    Ibid (ibidem), artinya kutipan diambil dari sumber yang sama tanpa disela oleh sumber yang lain.
2.    Op. Cit (opere citato), artinya kutipan diambil dari suber yang telah disebutkan (sama), tetapi telah diselangi oleh sumber lain.
3.    Loc. cit. (loco citato), artinya kutipan diambil dari suber dan halaman yang sama.

4.3       Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah serangkaian sumber-sumber tertentu yang ditulis disetiap akhir halaman yang bertujuan untuk menghargai sumber penulisnya. Pencantuman kepustakaan harus benar-benar sempurna karena daftar pustaka merupakan tanggung jawab sepenuhnya penulis makalah, tugas akhir, atau skripsi. Daftar pustaka yang baik harus (1) memuat semua pustaka yang (hanya) digunakan di dalam manuskrip atau naskah karya ilmiah, (2) ditulis dengan lengkap dan berurutan alfabetis sehingga pembaca yang ingin menelusuri pustaka aslinya akan dapat melakukannya dengan mudah, (3) mencantumkan hanya pustaka yang telah diterbitkan, dan (4) menggunakan sistem penulisan nama penulis artikel yang berlaku secara internasional (nama belakang sebagai entry), terlepas apakah nama penulis artikel merupakan nama marga atau bukan.
Secara umum pengetikan buku, jurnal, dan artikel yang digunakan sebagai bahan referensi, dilakukan seperti di bawah ini:
1.             Penulisan daftar pustaka disusun secara alfabetis, diurutkan berdasarkan nama belakang pengarang. Teknik penulisan daftar pustaka dapat dilakukan dengan menenpatkan nama belakang diikuti koma, nama pertama, selanjutnya titik dan tahun terbit, kemudian diakhiri dengan titik, lalu judul buku yang ditulis dimiringkan. Nama kota disertai titik dua (:), selanjutnya nama penerbit.
Contoh:
Syamsuri, Istamar. 2005. Sains Biologi SMP. Malang: Erlangga.
2.             Daftar pustaka ditik dengan jarak rapat (satu spasi).
3.             Setiap pergantian jarak daftar pustaka, jarak direnggangkan 0,5 spasi.
4.             Bila penulisan daftar pustaka memerlukan lebih dari satu baris, baris yang mengikuti baris pertama ditik menjorok lima ketukan atau satu tab kibor komputer.
Contoh:
Wulandari, Fitri. 2012. Kreatif Sosiologi untuk SMA / MA Kelas X Semester Genap. Klaten: Viva Pakarindo.
5.             Bila dalam daftar pustaka terdapat lebih dari satu buku atau karangan dari pengarang yang sama, penulisan nama pengarang cukup sekali, sedangkan urutannya harus didasarkan pada tahun terbit buku atau karangan tersebut.
Contoh:
Suryadinata , Leo. 1988. Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia.
______. 2002.  Negara dan Etnis Tionghoa: Kasus Indonesia. Jakarta: LP3ES.
6.             Bila buku atau karangan tersebut terbit dalam tahun yang sama dan ditulis oleh orang yang sama, di belakang setiap angka tahun harus dicantumkan abjad a, b, c, dst. (misalnya, 2013a, 2013b, dst.).
Contoh:
Hughes, C.K. 1987a. Economic Development of The Thitd Countries. New York: John Willey and Sons.
___­­____. 1987b.  Property of African Sub Saharan Countries. New York: Jhon Willey and Sons.
7.             Bila buku atau karangan ditulis oleh dua orang, penulisan nama pengarang yang disebut pertama tetap dalam susunan terbalik, sedangkan penulisan nama kedua ditulis tanpa susunan terbalik.
8.             Bila buku atau karangan ditulis oleh lebih dari dua orang, nama pengarang yang dicantumkan cukup yang disebut pertama dengan diikuti singkatan dkk. untuk pustaka berbahasa Indonesia atau et al untuk pustaka berbahasa asing.

4.4       Masalah-masalah Kutipan, Catatan Kaki, dan Daftar Pustaka

4.4.1    Masalah-masalah Kutipan

Masalah-maslah yang terdapat dalam kutipan yaitu:
1.    menulis ejaan yang salah dari sumber kutipan, dan
2.    penulisan tanda baca kuti yang salah.

4.4.2    masalah-masalah Catatan Kaki

Masalah-masalah yang paling sering dijumpai pada penulisan catatan kaki yaitu:
1.      tidak menggunakan tanda baca titik dua (:) pada kalimat yang merupakan pernyataan,
2.      kurangnya keterangan “hlm” sebelum nomor halaman.

4.4.3    Masalah-masalah Daftar Pustaka

Masalah daftar pustaka yaitu:
1.      tidak menuliskan tahun pada daftar pustaka,
2.      penulisan penyusunan tahun yang salah,
3.      kurangnya penulisan kota diterbitkannya buku pada daftar pustaka,
4.      penulisan nama penulis yang salah, serta
5.      penulisan judul buku yang tidak dicetak miring.

5.       Karya Ilmiah

Karya ilmiah secara sederhana dapat didefinisikan sebagai karangan atau tulisan yang disusun berdasarkan riset ilmiah, sedangkan riset ilmiah mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang didasarkan pada kaidah-kaidah ilmu tertentu, misalnya dalam penggunaan konsep teori dan metodologi.

5.1       Fungsi Karya Ilmiah

Dwiloka dan Riana (2005: 2-3) mengemukakan bahwa karya ilmiah berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal ini sesuai dengan hakikat karya ilmiah itu sendiri, yakni mengemukakan kebenaran dengan cara yang sistematis, logis, dan konsisten. Jika dihubungkan dengan hakikat ilmu, karya ilmiah mempunyai fungsi sebagai berikut.
1.      Penjelasan (explanation), yaitu menjelaskan suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak pasti menjadi sebaliknya.
2.      Ramalan (prediction), yaitu membantu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
3.      Kontrol (control), yaitu mengontrol, mengawasi, dan mengoreksi benar atau tidaknya suatu pernyataan.

5.2       Sifat Karya Ilmiah

Berikut beberapa sifat yang melekat pada karya ilmiah:
1.      jujur (mengutamakan prinsip-prinsip kebenaran);
2.      bebas prasangka (peneliti dan objek yang diteliti berjarak);
3.      objektif (berdasarkan fakta);
4.      menggunakan prinsip analisis (selalu melihat hubungan sebb kibat);
5.      formal (bentuknya mengacu pda pedoman yang telah ditetapkan; bahasanya gramatikal, lugas, logis, dan efektif).

5.3       Judul

Judul adalah perwujudan dari apa yang dipermasalahkan. Membatasi judul berarti membatasi poko pembicaraan. Judul yang tidak membatasi masalah akan membuat cakupan masalah  mengambang dan meluas.

5.4       Pendahuluan

Pendahuluan adalah bagian awal tulisan. Pendahuluan berisi pemikiran umum. Sebagai bagian awal, judul memberikan informasi isi suatu karya ilmiah. Pendahuluan adalah informasi berisi alasan mengapa seseorang menulis sebuah karya ilmiah.

5.4.1    Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah intinya adalah apa yang dipermasalahkan. Latar belakang masalah bertolah dari adanya masalah dan atas alasan apa pengarang perlu memasalhkannya. Jadi, latar belakang masalah adalah alasan mengapa suatu karya ilmiah tersebut dibuat.

5.4.2    Identifikasi Masalah atau Permasalahan

Mengingat permasalahan akan menjadi pokok pembahasan, identifikasi masalah perlu diperjelas pembatasannya. Hampir dalam bidang apa pun terdapat persoalan yang menjadi latar belakang masalah, tugas penulis adalah mempersempit agar memperoleh inti pembahasan yang mendalam.

5.4.3    Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan berarti mendeskripsikan jawaban dari apa yang dipermasalahkan. Tujuan penulisan bertolak dari batasan masalah suatu karya tulis. Sebelum dijabarkan dalam pembahasan, permasalahan suatu karya tulis terlebih dahulu dideskripsikan di tujuan penulisan.

5.5       Pembahasan

Pembahasan merupakan pengembangan pandangan. Pembahasan merupakan jawaban dari masalah-masalah yang telah dirumuskan. Pembahasan akan terpenuhi bila: (1) terdpat sistematika yang runtut dalam pemecahan masalah, (2) terdapat pandangan penulis berkenaan dengan suatu masalah, (3) terdapat alasan yang logis berkenaan dengan pemecahan masalah, dan (4) terdapat solusi sebagai pemecahan masalah.

5.6       Simpulan dan Saran (Penutup)

Simpulan berfungsi untuk menyimpulkan dan mengintikan apa yang menjadi pokok bahasan. Simpulan merupakan penegasan dari sebuah karya tulis. Simpulan juga juga menjadi garis bawah inti dari permasalahan.
Sementara itu, saran berfungsi untuk menyarankan. Saran diberikan untuk menawarkan tindak lanjut penelitian berikutnya dari sudut pandang yang berbeda.

5.7       Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah serangkaian sumber-sumber tertentu yang ditulis disetiap akhir halaman yang bertujuan untuk menghargai sumber penulisnya. Pencantuman kepustakaan harus benar-benar sempurna karena daftar pustaka merupakan tanggung jawab sepenuhnya penulis makalah, tugas akhir, atau skripsi.

5.8       Catatan Kaki

Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis dibagian bawah setiap lembaran akhir bab sebuah karangan ilmiah. Catatan kaki juga merupakan bagian penting dalam penulisan karya tulis, biasanya digunakan pada penulisan buku, skripsi, makalah dan juga karya tulis lainnya. Seperti halnya dengan daftar pustaka. Catatan kaki sebenarnya hampir sama dengan daftar pustaka namun catatan kaki lebih spesifik dalam hal merujuk sumber dari bacaan yang dikutip.

5.9       Masalah-masalah Karya Ilmiah

Masalah-masalah yang sering timbul dalam penulisan karyailmiah yaitu:

5.9.1    Kesalahan Struktur

Dalam penulisan karya ilmiah kesalahan struktur dapat dilihat dari: (1) tidak ada daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel, (2)bagian pendahuluan dan teori-teori pendukung terlalu banyak ditampilkan sehingga mendominasi isi tulisan, (3) porsi bagian utamanya (analisa dan kesimpulan) tidak seimbang dengan bagian pendahulluan.

5.9.2    Penulisan Bagian Abstrak yang tidak Cocok

Abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat singkat. Dengan membaca abstrak pembaca harus dapat mengetahui isi tulisan. Jika isinya cocok, maka pembaca bisa mencari tulisan lain. Hal ini sangat bermanfaat untuk menghemat waktu bagi pembaca.

5.9.3    Penulisan Bagian Kesimpulan

Kesalahan pada bagian kesimpulan sangat mudah dicermati. Terkadang seorang penulis menuliskan kesimpulan yang sebetulnya bukan hasil dari penelitian yang dilakukannya. Atau kesimpulan yang diltuliskannya terebut tidak dibuktikan dalam penelitiannya, tiba-tiba muncul pernyataan di bagian kesimpulan.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

TODA WATER, by CV Lumbung Toda | AMDK

TODA Water, by CV Lumbung Toda Toda Water merupakan perusahaan air minun terkemuka di Bogor. Toda Water berdiri pada tahun 2015 bersamaam dengan berdirinya sekolah yang yang di wakafkan oleh pemilik Toda Water. Sekolah tersebut bernama Insan Toda yang merupakan sebagai ladang amal dalam dunia pendidikan, sedangkan Toda Water sebagai unit usaha yang dapat mensuport keuangan Insan Toda baik dari saham maupun dana sosial perushaan. Seiring berjalan waktu Toda Water menjadi alternatif Air Minum dalam Kemasan (AMDK) di wilayah Jakarta, Bogor, dan Depok untuk konsumsi rumahan maupun di perushaan. Terbukti Toda Water telah dipercaya dengan bekerjasama untuk mensupalai Air Minum ke berbagai perusahaan terkemuka di Jakarta. VISI Menjadi produsen AMDK terdepan di wilayah Bogor yang berkomitmen untuk kemajuan pendidikan MISI Menyediakan air minum yang higienis, bersih dan menyehatkan untuk masyarakat Bermitra dengan stakeholder yang memiliki potensi pasar yang besar Memberik

contoh soal Perpajakan (PPh Umum)

LATIHAN SOAL SOAL TEORI 1.    Apakah yang dimaksud dengan pajak penghasilan dan sebutkan UU yang mengatur pajak penghasilan tersebut. 2.       Jelaskan pengertian penghasilan menurut UU No. 36 Tahun 2008. 3.       Siapa saja yang termasuk Subjek Pajak? Terdapat dua jenis subjek pajak: subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri, sebutkan pihak-pihak yang termasuk dalam kedua jenis subjek pajak tersebut. 4.       Apakah perbedaan antara Subjek Pajak dan Wajib Pajak? 5.       Bagaimana cara membayar pajak yang terutang pada suatu tahun pajak? SOAL KASUS 6.       Mr. Alvonso (warga negara Argentina) datang ke Indonesia pada tanggal 1 April 201 6 , tujuan tinggal di Indonesia adalah untuk bekerja sebagai tenaga ahli di BANK AMRO di Jakarta mulai bulan April selama 5 bulan dengan gaji perbulan US$15.000. Mr. Alvonso berstatus kawin dengan 3 orang anak. Setelah tinggal selama 3 bulan, atas permintaan perusahaan ia memperpanjang kontrak di perusahaan