Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Jangan dianak tirikan saudara kandungku, Papua.

Indonesia harus siap menerima kenyataan hal serupa yang pernah terjadi terhadap Timor Timur (kini Timor Leste) akan dialami lagi, yaitu pada Papua kalau hal yang terjadi sekarang cuma didiamkan. Kian hari polemik negeri ini kian bertambah dan menunpuk. Hal yang saat ini cukup terasa miris bagi kita yaitu yang terjadi pada saudara kita di Papua. Sudah lebih dari satu minggu masyarakat di sana melalukan aksi, tapi seolah-olah tak menarik perhatian rezim untuk ditanggulangi. Rezim malah sibuk dengan urusannya untuk pemindahan ibukota. Entah apa yang sedang mereka pikirkan dan rencanakan untuk negeri ini. Hal ini diawali dari suatu tindakan rasis yang dialami oleh saudara kandung kita ini, Papua. Di mana ada aparat yang mengatakan hal yang tidak sepatutnya kepada mahasiswa (red: monyet) di Surabaya. Kejadian ini memancing kemarahan warga Papua lainnya, hingga hal ini menyebar ke kota-kota lainnya untuk menuntuk tindakan tegas dari pemerintah terhadap pelaku rasisme ini. Karena menurut

Peluang China Menjajah Indonesia, Bak Belanda

Ingatkah akan sejarah Indonesia beberapa tahun silam, khususnya terkait asal mula masuknya Belanda ke Indonesia? Yap, awalnya Belanda masuk ke Indonesia cuma sebagai kongsi dagang. Kemudian setelah beberapa tahun kemudian, mereka mendirikan VOC, hingga akhirnya perekonomian kita dikuasai oleh Belanda. Jadilah Belanda menjajah Indonesia. (sejarah lengkapnya mungkin suatu saat kalau ada kesempatan, dikupas lagi hehe) Lalu bagaimana dengan yang terjadi saat ini di negeri kita ini? Bukankah hampir sama dengan awal mulanya Belanda menjajah kita? Sudah sangat jelas terlihat bahwa China makin mengepakkan sayapnya bak jamur di negeri kita, khususnya di bidang yang berhubungan dengan perekonomian. Bahkan seakan-akan, pemerintah kita sengaja menjalin relasi dengan China. Kalau hal seperti ini terus dibiarkan, sudah tidak bisa dipungkiri lagi suatu saat nanti hal serupa yang dulu pernah kita alami dengan Belanda, akan terulang lagi. Sudah saatnya hari ini kita sebagai rakyat Indonesia me

Ibukota Pindah, Tak Segampang Memindahkan Pion Catur

Lagi rame-ramenya ya obrolan terkait pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Kalimantan. Biar apa ya? Tutup lobang gali lobang? Beberapa waktu lalu sempat baca postingan salah satu akun instagram kementrian. Di postingannya menyatakan alasan pemindahan ibukota. Katanya, "alasan pertamanya yaitu karena beban Jakarta saat ini sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan dan jasa. Dab airport pelabuhan laut terbesar di Indonesia. Kedua, beban pulau Jawa yang semakin berat dengan penduduk 155 juta atau 54% dari total penduduk dan 58% PDB ada di Pulau Jawa. Dan pulau jawa sebagai ketahanan pangan. Beban ini akan semakin besar kalau tetap di Pulau Jawa". Di balik itu semua, saya memiliki beberapa pendapat bahwa kebijakan yang diambil ini tidaklah tepat untuk saat ini.  Kenapa? Ya, karena memindahkan ibukota tak segampang memindahkan pion-pion yang ada di papan catur, tinggal angkat, pindah, udah. Namun beda halnya

Indonesia, Muslim Terbesar, dan Islamophobia

Makin hari, sepertinya permasalahan di negri tercinta ini semakin rame. Sedih rasanya, apalagi belum bisa berbuat apa-apa untuk negri ini. Dimulai dari isu Islamophobia. Banyak orang yang seakan-akan anti dengan syariat Islam. Mereka mengaku Islam, tapi ajaran Islamnya sebagian yang mereka ambil. Sebut saja salah satu contohnya terkait pengesahan kebijakan dalam RUUP-KS. Dimana ada pasal di dalamnya, yang menyebutkan bahwa hubungan (red: seks) atas landas suka sama suka, bukanlah suatu kejahatan, malah orang yang menggagunya yang akan dikenakan hukuman. Bukannya hal tersebut sudah jelas diterangkan dalam Al-Quran surat Al-Isra' ayat 32, dimana mendekati zina saja kita dilarang, apalagi melakukan. Serta di agama lainpun, tindakan seperti ini juga bukanlah sesuatu yang dibenarkan. Kemudian masih berkaitan dengan Islamophobia, dimana sebutan-sebutan radikal dengan gampangnya dilontarkan kepada umat Islam yang menegakkan syari'at dan jika itu bertentangan dengan rezim. Salah

Sudahkah Indonesia Merdeka?

Bogor, 17 Agustus 2019 Sudahkah Indonesia Merdeka? Kita belum merdeka? Tidak! Kita sudah merdeka, tapi dulu. Sekarang? Sekarang kita merayakan kemerdekaan yang dulu pernah diraih. Bagaiamana mungkin bisa dikatakan bahwa Indonesia sudah merdeka, jika masih ada rakyat yang untuk makan sehari-hari saja susah. Ingat dengan kasus dengan salah seorang siswi di Aceh beberapa waktu lalu, yang di sekolah mengalami sakit perut, yang mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada beras? Ya, mungkin ada yang berpendapat bahwa itu kan cuma beberapa saja, tidak bisa dijadikan sampel buat argumen yang menyatakan bahwa Indonesia ini belum merdeka. Tapi kenyataannya memang seperti itu! Kemerdekaan ini cuma dirasakan oleh beberapa golongan saja. Memangnya merdeka itu itu sebagian golongan saja? Tidak, kan! Secara ekonomi kita juga dijajah. Perekonomian Indonesia masih bergantung kepada negara lain. Banyaknya investor-investor asing. Banyak asing dan aseng yang berkuasa di Indonesia. Anak-ana